Pengalamanku: Lebih dari 10 Tahun Terkena Hemifacial Spanism (Syaraf Kejepit) hingga Akhirnya Alhamdulillah SEMBUH
Bismillah, assalaamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh ^^.
Perkenalkan nama saya Dewi dari Bandung. Bismillah semoga apa yang saya share ini bermanfaat dan dapat membantu teman-teman semua yang sedang atau masih berjuang dengan Hemifacial Spanism nya. Semoga Allah segera memberikan kesembuhan pada teman-teman semua.
Bagi teman-teman yang belum tahu, hemifacial spanism adalah salah satu penyakit syaraf pada wajah yang membuat setengah wajah kita berkedut-kedut tak terkendali hingga lambat laun akan merubah bentuk wajah kita. Sebenarnya penyakit ini mungkin tidak berbahaya, namun malu dan terkadang rasanya tidak mau ketemu orang karena perasaan malu yang sangat dalam apalagi saat orang-orang berkomentar dan merasa iba dengan keadaan kita, hehe.
Tahun 2010, Gejala Awal
Saya mengalami Hemifacial Spanism sejak tahun 2010 dan alhamdulillah Allah berikan kesembuhan setelah kurang lebih 11 tahun (untuk perjalanan pengobatan saya, akan saya bahas di sini. Dan mungkin buat teman-teman semoga rezekinya setelah baca ini bisa langsung berobat dan berjodoh sehingga tidak perlu menunggu sampai 11 tahun). Waktu awal-awal kejadian, kedutannya masih jarang sekali. Namun, seiring berjalan waktu kedutan itu semakin sering dan tak terkendali.
Tahun 2010 akhir, Hal Pertama yang Saya Lakukan: Ke Rumah Sakit Cicendo.
Di tahun 2010 akhir (mohon maaf kalau saya salah waktunya) saya ke rumah Sakit Cicendo. Namun, yang diperiksa adalah mata saya. Malah saat itu saya dimarahin karena tidak pakai kacamata, jadi keluar masuk ruangan sampai lebih dari 5 ruangan hanya untuk tes mata yang saya sudah tahu bahwa saya memang mengalami mata minus dan silindris. Namun yang saya ingin ketahui kenapa kelopak bawah mata saya yang sebelah kanan bisa berkedut dan kadang tidak berhenti. Saya berusaha menjelaskan ke dokter, saya bilang bahwa ukuran mata saya kiri dan kanan kayaknya jadi berbeda, yang kanan terlihat mengecil karena sering berkedut. Tapi dokternya bilang tidak apa-apa (karena memang pada saat itu anehnya tiap diperiksa si mata diam tidak berkedut, lol) dokternya sampai bawa penggaris dan mengukur kedua mata saya, katanya sehat-sehat aja. Haha. Merasa tidak dapat jawaban atas penyakit saya, saya pulang dengan tanpa hasil (kalau hasilnya surat minus dan silindris, saya udah punya hehe).
Tahun 2011, Rumah Sakit Santosa
Merasa semakin parah, akhirnya saya mencoba ke Rumah Sakit Santosa Bandung. Jujur buat saya saat itu biaya pendaftarannya mahal, haha. Setelah menunggu beberapa lama, saya dipanggil masuk ruangan syaraf. Saya disuruh berbaring, diketuk-ketuk lutut dan betis kakinya. Terus disuruh bangun, duduk di depan meja dokter. Hahha (iya gitu doang, 5 menit juga nggak)
Nah, yang lucu kata dokter kurang lebih begini (kalau ada kurang atau lebih maaf ya, soalnya perekamnya cuma daya ingat, hehe): “Ibu, ini nama penyakitnya Hemifacial Spanism atau syaraf kejepit, Obatnya Cuma dioprasi namun itu juga harus di MRI dulu nanti akan kelihatan apakah bisa dioprasi atau tidak. Tapi kalau ibu mau sembuh dengan cepat disuntik Botox, namun suntik Botox hanya bertahan 3 bulan nanti habis 3 bulan akan seperti ini lagi. Mungkin ibu perlu suntik botox kalau mau ada acara misalkan pernikahan atau lainnya. Saya tuliskan nama penyakitnya, ini hubungi dokter ini (lupa) dia teman saya yang suka menangani suntik botox. Hanya suntik botox ini 1 file nya harus segera dihabiskan jadi ibu harus cari teman yang mau suntik botox juga. Ini saya kasih resep untuk obat penenang saja ya.”
Saat itu saya minta resep obat dicopy 2, sehingga saat beli obat saya tidak perlu ke dokter lagi. Karena ternyata dokter syaraf mahal hehehe (Buat aku), nggak sampai 5 menit Rp. 250.000 kalau tidak salah.
Singkat cerita, karena diberi tahu teman, untuk beli obat di apotek luar akhirnya saya beli di luar dengan membawa resep tadi. Saat sampai di kimia Farma, saya dimintai KTP, saya agak heran terus bertanya kok dimintai KTP, Mbaknya bilang karena ini obat keras Teh. “Memang nyao bat apa?” Beliau bilang “Psikotropika”. Kagetlah dalam hati, “Memang halal Mbak?” dia bilang “Ya halal the inikan obat, yang tidak halal kalau digunakannya sembarangan dan tanpa resep dokter.” Setengah aneh, tapi ya udah bismillah. By the wayI itu obatnya keciiiiiil sekali, hehe. Kayaknya 0,3 mili ada, eh apa lebih kecil ya. Pokoknya kecil banget, terus sekali minum harus dipotong dibagi 4 atau 2 gitu lupa lagi. Haha (maaf), yang jelas saking kecilnya itu obat saat dipotong suka loncat potongannya, dan hilang (karena keras dan kecil). Harganya, mahaaaal tapi lupa (duuh maaf ya banyak lupanya hehe) tapi yang keinget mahalnya. Dan niatnya minta copy an resep ke dokter itu untuk biar tinggal beli obat aja tidak usah konsultasi lagi. Tapi ternyata itu copy resep tidak diterima (padahal tanda tangannya asli), alasannya Kimia Farma ingin tetap yang asli. Dengan kata lain setiap beli obat harus ada surat konsultasi yang baru.
Mencari Tahu soal Penyakit Hemifacial Spanism
Merasa konsultasi syaraf itu mahal, saya mencoba browsing “home remedy” yang bisa mengobati hemiface ini. Saya mendaftar makanan yang boleh dan tidak boleh saya makan. Saya berolah raga, olah raga mulut, bahkan saya menjadi rutin mengunyah permen karet dengan anggapan syaraf wajah saya bisa sembuh.
Tahun 2013, Akupunktur
Cerita akupunktur ini lucu, jadi saat itu saya pindah ke tempat kerja baru di daerah Dago. Rumah saya ada di Bandung Timur, hampir setiap pagi ke tempat kerja saya naik angkot. Suatu hari ada ibu-ibu yang terus memperhatikan saya (sebenarnya selalu banyak yang memperhatikan wajah saya, hanya ibu-ibu ini mentapnya terus-terusan). Ketika penumpang mulai sepi, si Ibu itu bilang. “Neng, neng kasihan sekali masih muda, cantik, sudah menikah belum? Neng itu matanya coba diobatin, saya ada akupunktur yang bagus di belakang Mesjid Salman ITB, Neng coba obatin ke sana. Biar cantik lagi.” Saat itu saya Cuma tersenyum (senyumpun tidak karuan karena syaraf yang mengganggu).
Mengikuti saran ibu di angkot itu, akhirnya saya mendaftar akupunktur. Yang meng akupunktur Chinese gitu, terus pas dia tahu obat aku yang dari dokter syaraf, dia marah. Beliau bilang “kamu itu guru, minum obat ini. Iya syarafmu tenang, tapi lama-lama kamu jadi bodoh mau?”
Akupunktur ini tidak berlangsung lama, karena tempatku bekerja bangunannya pindah, sehingga tidak memungkinkan ke sana lagi. Selain itu, efek yang dirasakan belum terlihat. Syaraf berhenti berkedut saat wajah dan kepala penuh jarum, namun setelah semua jarum itu dilepas, kedutan Kembali datang.
Tahun 2014-2016
Akhirnya saya benar-benar pasrah dan berserah diri. Saya pikir mungkin ini takdir yang Allah berikan untuk saya sambil saya tetap berdoa dan berharap suatu saat wajah saya akan Kembali seperti semula. Terus terang ini semakin parah. Setiap habis shalat, saya berdoa ya Allah sembuhkanlah syaraf di wajah saya ambillah penyakit hemifacial spanism ini.
Saya mencoba browsing mencari obat alternatif lain, saya mendaftar makanan yang boleh dan tidak boleh saya makan, saya olah raga mulut, wajah, saya berubah menjadi seseorang yang senang mengunyah permen karet dan berharap ini akan memberikan stimulus pada syaraf di wajah saya.
2017, Akupunktur lagi
Akhirnya, saya memutuskan untuk terapi akupunktur lagi. Sebenarnya terapinya sama, tapi kali ini ada kata-kata ibu akupunktur yang seperti menyadarkan saya. “Kamu itu banyak pikiran, terlalu banyak beban. Ikhlaskan lepaskan. Jangan stress.” Terus setiap sore sepulang kerja ke sana beliau bilang, “Kamu tiap hari berobat, besoknya kerja lagi dan lagi, tidur larut malam, seharian lihat layer laptop, kurang minum, makan nggak teratur. Percuma kamu balik lagi ke sini juga, gimana sembuhnya?” (sejujurnya setiap ke sana, sering pas ibunya mau tutup, hehe. Karena saya kerja dulu)
Konsultasi ke Doker: “Ini yang terakhir”
Tidak putus harapan, ibu saya bilang coba bawa ke dokter bekas dulu kalau saya sakit waktu kecil. Siapa tahu berjodohnya di sana. Akhirnya saya ke sana. Dan dokter itu bilang, “Sudah ini yang terakhir kamu berobat, daripada kamu sibuk mencari dokter untuk berobat yang kita nggak tahu nanti akan malah memperparah keadaan kamu karena pengaruh obat, mending sekarang pulang, JANGAN STRESS. IKLHASKAN, Terima. Titik. (ucapannya mirip-mirip ibu akupunktur).
2020, Bisikan Cinta dari Teman
Ceritanya saya punya sahabat di tempat kerja, saat itu saya jadi jarang melihatnya karena beliau sedang mengurus perpindahan kerjanya. Hubungan kami juga berasa sedikit dingin mungkin karena tahu kami akan sedikit berpisah. Tapi di sela-sela itu, saat berpapasan, beliau bilang, “Bu Dewi, kemarin ibu saya ke ciparay, berobat. Alhamdulillah membaik. Padahal ibu saya sudah kemana-mana. Banyak juga yang sudah sakit tumor, dll alhamdulillah sembuh. Saya kepikiran Bu Dewi. Mohon maaf sebelumnya, tapi kalau mau dicoba ini alamatnya.”
Saat itu saya bilang pada orang tua saya, kemudian beberapa hari kemudian kami pergi. Memang banyak sekali pasiennya, dan antri sekali. Saya ke sana sekitar 4x setiap habis dari sana saya diberi daun kering untuk diseduh, dan obat bulat bulat kecil, kalau dimakan rasanya kayak rerumputan. Semua paket teh dan obat itu harganya Rp. 400.000. Alhamdulillah ada perubahan setiap saya habis dari sana. Sampai ke-4 kalinya saya ke sana, katanya sudah tidak usah ke sini lagi.
Penyebab Sakit Hemifacial Spanism Saya
Menurut Bapak H. Ois Ghazali yang di ciparay itu, berikut penyebab hemifacial spanism saya:
- Ashma (saat asthma, oksigen
kesulitan untuk masuk ke otak)
-
Penyempitan saluran hidung (Saat
oksigen sulit masuk ke otak, akhirnya hidung berusaha keras mendapatkan oksigen)
-
Terdapat 3 Akar gigi yang harus dicabut
(lupa hubungannya apa)
-
Jarang minum, jarang olah raga,
banyak pikiran, makan kuah bakso keseringan.
N.B. Menurut beliau tidak ada
hubungannya dengan diterapi akupunktur.
Desember, 2021
Tanpa disadari perlahan hemifacial spanism saya hilang. Sebenarnya dari saat saya selesai berobat ke ciparay itu saya masih ada sedikit kedut-kedutan. Di bulan Juni 2020 saya memutuskan berhenti bekerja, kemudian di bulan oktober saya mulai bekerja di tempat baru dengan suasana baru dan mungkin beban kerja yang jauh lebih ringan. Alhamdulillah saya berangsur pulih hingga sekarang dapat tersenyum dengan indah, hehe. Hanya mungkin untuk pipi, yang kiri masih lebih besar dari yang kanan. Tapi sedikit demi sedikit mulai ada perubahan. Alhamdulillah ^^.
Catatan:
Alamat terapi:
Pengobatan Alternatif Haji Ois
Jl. Raya Pacet, Cipeujeuh, Pacet, Bandung, Jawa Barat 40385, Indonesia
Telp. +62 22 85961249
Pesan dari saya:
Ternyata obat dari semuanya adalah doa, dan jangan stress ^^. Semoga Allah segera memberikan kesembuhan pada teman-teman yang sedang sakit, aamiin ^^.
Comments
Post a Comment